CIANJUR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur mewaspadai kembali merebaknya potensi penyebaran demam berdarah dengue (DBD). Pasalnya, saat ini terpantau mulai terjadi peralihan musim dari kemarau ke hujan.
Kepala Dinkes Kabupaten Cianjur Yusman Faisal mengatakan, dalam setahun siklus penyebaran DBD diwaspadai terjadi dua kali. Kondisinya terjadi saat peralihan musim dari kemarau ke hujan maupun sebaliknya.
“Pada momen-momen itu biasanya DBD cukup merebak,” kata Yusman, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Tahun ini, lanjut Yusman, kasus pejangkitan DBD di Kabupaten Cianjur relatif cukup tinggi. Data Dinkes setempat, tercatat hampir terjadi 700 kasus.
Dari jumlah itu, angka kematian sebanyak 6 kasus. Tinggi kasus DBD terutama di awal tahun karena saat itu intensitas curah hujan relatif meningkat.
“Yang meninggal akibat DBD tahun ini sebanyak enam orang. Rata-rata pada kelompok umur 7-14 tahun,” jelas dia.
Merebaknya DBD di awal-awal tahun tak hanya terjadi di Kabupaten Cianjur. Kasus pejangkitannya terjadi hampir merata di Jawa Barat.
“Di semua kabupaten dan kota terjadi peningkatan kasus DBD. Kami menduga ada siklus tahunan juga. Ini kemungkinan karena dampak El Nino,” ujarnya.
Yusmanmengimbau masyarakat waspada dengan potensi merebaknya kembali kasus akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut. Termasuk penyebaran penyakit lain yang berbasis lingkungan.
“Chikungunya juga perlu diwaspadai. Penyakit ini juga akibat gigitan nyamuk. Meskipun tak sampai menimbulkan kematian, tapi bisa menyebabkan disfungsi tubuh,” pungkasnya. (bay)




