CIANJUR – Ada yang berbeda saat dilakukan pengundian dan penetapan nomor urut pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Cianjur di kantor KPU setempat, Senin, 23 September 2024. Saat digelar sesi sambutan sekaligus konferensi pers, di samping pasangan calon nomor urut 3, Deden Nasihin dan Neneng Efa Fatimah, berdiri seorang perempuan mengenakan pakaian dan hijab warna hitam.
Saat calon bupati Deden Nasihin berbicara, perempuan tersebut terlihat menggerak tangannya. Gerakan tangannya mengikuti arah bicara calon bupati itu.
Usut punya usut, perempuan itu bernama Rifa H. Usianya baru 20 tahun.
Diketahui, Rifa adalah guru di SLB Bina Asih. Dia hadir mendampingi pasangan calon nomor urut 3 sebagai penerjemah bahasa isyarat bagi kalangan disabilitas. Sehingga, apa yang disampaikan calon bupati Deden Nasihin bisa dipahami kalangan tersebut.
Bagi Rifa, menjadi penerjemah bahasa isyarat mendampingi pasangan calon bupati dan wakil bupati merupakan pengalaman baru.
“Kalau menerjemahkan dalam bidang politik ini baru pertama kali. Saya biasanya menerjemahkan untuk teman-teman disabilitas. Tentu sangat bangga. Selama ini kalangan disabilitas, terutama tuna rungu, sulit mengakses informasi karena kurangnya visualisasi,” kata Rifa.
Lulusan pendidikan khusus SLB Tuna Rungu di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu bersyukur, apa yang dilakukannya sebagai penerjemah bisa bermanfaat bagi kalangan tuna rungu. Apalagi berkaitan dengan Pilkada yang tentunya berbagai informasi bisa tersampaikan.
“Teman-teman disabilitas terbantu. Alhamdulillah merekw bisa memahami apa yang disampaikan,” pungkasnya.
Calon Bupati Cianjur nomor urut 3, Deden Nasihin, mengaku sengaja membawa penerjemah bahasa isyarat sebagai bentuk kepedulian kepada kaum disabilitas.
“Kami sengaja bawa tim penerjemah karena kami ramah disabilitas dan kesetaraan gender,” pungkasnya. (bay)




