BOTRAM atau mayor merupakan istilah makan bersama di kalangan orang Sunda. Biasanya botram atau mayor ini dilakukan dengan kerabat atau tetangga di rumah atau bisa di teras bahkan di lapangan.
Kegiatan itu pula dilakukan SMPN 1 Ciranjang. Para pelajar biasanya membawa makanan sendiri termasuk botol air minumnya.
Mereka duduk bersama di lapangan. Tapi ada juga yang melaksanakannya di dalam ruang kelas. Kemudian bersantap bersama-sama.
Bukan tanpa tujuan dilakukannya makan bersama di sekolah tersebut. Pada agenda itu selalu disisipkan nilai-nilai sosial agar anak-anak penerus bangsa memiliki karakter, sikap, dan jiwa sosial tinggi.
“Makan bersama ini kami namai Masebu atau Makan Sehat Hari Rabu,” kata Andrijani Kusumah, Wali Kelas 9F sekaligus penggagas program, Rabu, 16 Oktober 2024.
Program Masebu diikuti 1.270 orang siswa. Mereka berasal dari 33 kelas di sekolah tersebut.
Dia menyebut, inisiatif membuat program Masebu dilatarbelakangi keinginan agar di SMPN 1 Ciranjang tidak terjadi sekat strata sosial. Artinya, tidak ada kesenjangan sosial antara siswa yang mampu ataupun tidak mampu dari sisi finansial.
“Kami ingin agar status ekonomi tak menghalangi anak didik kami untuk berbaur. Semuanya sama. Dari kegiatan ini, kami juga ingin mengajarkan berbagi.
Misalnya ada anak yang makan hanya dengan tahu tempe, sedangkan siswa lainnya ada sayuran buah-buahan, mereka bisa saling berbagi,” tuturnya.
Perempuan berkaca mata ini ke depan mengharapkan agar dengan adanya kesetaraan makanan bergizi, makan dapat meningkatkan Intelligence Quotient (IQ) anak didik. Pada prinsipnya, kata dia, anak didik di SMPN 1 Ciranjang tak boleh kalah dengan anak-anak lainnya yang harus didukung pola asupan makanan.
“Kalau anak-anak ini gizinya kurang, nanti bodoh-bodoh. Bisa dijajah lagi oleh bangsa lain. Anak-anak saya harus lebih cerdas dari orang-orang pendatang, minimal di Kecamatan Ciranjang dan sekitarnya,” ungkapnya.
Dampak dari program tersebut kini dirasakan SMPN 1 Ciranjang. Anak yang biasanya jarang bersosialisasi, sekarang lebih bersosialisasi.
Kondisi ini menandakan mereka sudah lebih peka atau memiliki jiwa empati terhadap sesama.
Kepala SMPN 1 Ciranjang Asep Sopandi menjelaskan, program Masebu sudah berjalan sejak 3 tahun lalu. Bahkan program itu sudah berjalan jauh sebelum dirinya ditugaskan menjadi kepala sekolah di lembaga pendidikan itu.
“Program Masebu ini sudah terbentuk pada tahun 2021. Setelah saya datang ke sini tahun 2023, semakin ditingkatkan lagi programnya,” tutur Asep.
Masebu menjadi ajang pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila dan Bineka Tunggal Ika. “Tidak ada lagi pandangan ras, suku, si kaya dan si miskin, atau perbedaan gender. “Semuanya sama,” pungkasnya. (bay)




